Sabtu, 22 November 2014

Kakak Ros Dari Sarawandori

KISAH KAKAK ROS DARI KAMPUNG SARAWANDORI




Kampung Sarawandori…meidori.  Terletak dalam teluk yang senantiasa teduh, penduduknya menyebut suasana tersebut meidori, yang berarti teduh, tenang dan aman.  Begitu gambaran singkat sebuah kampung di pesisir Kabupaten kepulauan Yapen.  Tak terkira indahnya alam di sekitar kampung.  Bukit-bukit karang terjal memagari permukiman, dan dibalik bukit karang tersebut terhampar telaga yang mempesona, yang langsung terhubung dengan laut.  Tiada henti saya mengagumi keindahan kampong Sarawandori, yang senantiasa menggodaku untuk selalu berkunjung. Masuk ke permukiman, disambut suasana kampung yang sederhana dan bersahaja.  Sapaan ramah dan tulus dari warga yang sempat berpapasan di jalan, akan membuat betah dan rasa ingin tau lebih banyak tentang kampung pesisir yang dihuni oleh warga yang mengaku sebagai orang gunung.  Sepintas kampong Sarawandori tidak beda dengan kampong-kampung lain di pesisir Kepulauan Yapen.  Beberapa rumah berlabuh dengan warna dinding kusam masih berjejer diantara rumah-rumah darat yang berkonstruksi batu.  Rasanya cukup sampai disini saya gambarkan tentang suasana kampung.


Kampung Sarawandori, di kala sore hari

Suasana sibuk terlihat di salah satu rumah berlabuh,  Sekelompok perempuan sibuk di bagian belakang rumah. Rupanya mereka sedang membuat mi dari bahan rumput laut. 



                             Kakak Ros Menyiapkan Pesanan Mie dan Stik Rumput Laut



Membuat Adonan Stik Rumput Laut

Adalah Kakak Ros, begitu dia biasa dipanggil, ketua kelompok pengolahan rumput laut di Kampung Sarawandori, bercerita panjang lebar tentang usaha mereka:
“jadi awalnya kita di kampong tahun 2006, rumput laut didatangkan dari Takalar, Makassar. Tiba di dinas perikanan serui, kemudian dibawa ke Sarawandori untuk dibudidayakan, Bapak Karubaba yang pelopori budidaya. Tahun 2007 panen perdana dihadiri menteri perikanan dan kelautan waktu itu.  Tim yang datang bersama bapak menteri kemudian memberi pelatihan pengolahan rumput laut.  Tahun 2007-2008, kami mulai berjualan pudding rumput laut.,  tapi terkendala cuaca buruk.  Dari dinas perindustrian, kami mendapat pelatihan pembuatan mie dan bakso.  Karena terkendala cuaca, akhirnya kami focus pembuatan mie kering.  Kami mulai dari tahun 2013 sampai sekarang membuat mie rumput laut.  Produk lain yang kami buat adalah, bakso, stik, dodol, dan sebagainya.” 

Keinginan mereka untuk dapat memproduksi berbagai makanan olahan dari rumput laut begitu menggebu, tapi :
“kami itu terkendala cuaca, kami butuhkan oven pengering, selama ini kami selalu minta bantuan dana Respek, namun itu tidak banyak membantu. Beberapa tim dari dinas dan kelompok pemberdayaan telah pernah berkunjung dan sangat respek dengan kegiatan kami.”
Walaupun kegiatannya masih dilakukan secara sederhana, namun kelompok Kakak Ros tersebut telah sering mengikuti pameran di luar Kabupaten Kepulauan Yapen, bahkan di luar Papua, mewakili Kabupaten Kepulauan Yapen.  Sayangnya sampai sekarang perhatian pemerintah daerah untuk mensupport kegiatan mereka dirasa masih kurang.  Mereka masih menggunakan peralatan produksi yang sederhana, sehingga sering terkendala cuaca buruk.
Meskipun mengalami kendala keterbatasan modal dan peralatan produksi, namun Kakak Ros dan teman-teman masih tetap semangat melanjutkan kegiatannya.  Kelompok yang sebenarnya masuk dalam binaan PNPM Mandiri pedesaan ini mampu menggalang perempuan-perempuan Kampung Sarawandori untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki kampung mereka.
Rumput laut yang diolah oleh kelompok Kakak Ros, memperoleh rumput laut dengan membeli langsung dari petani, selain dari rumput laut milik kelompok. Karena makin sibuk memenuhi permintaan produk olahan rumput laut, akhirnya mereka hanya membeli rumput laut dari petani, lahan rumput laut milik kelompok tidak lagi terurus, semua focus pada pemenuhan permintaan.

Tanpa terasa, begitu asyiknya mendengar cerita pengalaman perjalanan panjang kakak Ros, hari telah mulai gelap, sehingga saya bergegas meninggalkan mereka.  Dari atas tepi jalan di atas bukit, saya sekali lagi memandang kearah bawah sana, dibalik remang-remang senja masih terdengar suara-suara dari kampong kecil nan bersahaja itu.  Siapa sangka di balik keindahan dan kesederhanaan kampong Sarawandori, tengah tumbuh sebuah semangat dari seorang perempuan kampong.  Sesuatu yang mungkin langka ditemui pada kampung-kampung di Papua. Selamat berjuang Kakak Ros Karubaba!

1 komentar:

  1. Kakak ros karubaba memang contoh salahsatu dari sekian wanita/warga masyarakat di kampung sarawandori yg memiliki komitmen kuat utk maju.kelompokknya yg bernama "rawing maidori" pernah di assist oleh yayasan anak dusun papua(yadupa) melalui program community development dg nama kegiatan:"asset basic community development/abcd"sejak tahun 2012 hingga 2015.memang tidak mudah membalikkan sebuahkondisi di masyarakat dengan realitas PROPOSAL.kaka ros karuba oleh yadupa pernah di fasilitasi untuk mengikuti pekan daerah papua kontak tani dan nelayan tahun 2012 di merauke(dg dinas ketahanan pangan),kk ros juga di fasilitasi oleh yadupa(dan badan ketahanan kabupaten kep.yapen) ke biak,jayapura,makang,kalimantan dan jakarta.maju terus srikandi dari sarawandori.

    BalasHapus